Bismillahirrahmanirrahim..
KUTITIPKAN DIA PADA MU YA ALLAH
(kisah dari Kota Wollongo, New South Wales Australia)
Suara adzan Isya’ yang terdengar pelan dari salon komputer sang Ayah
membuat Rafi, anak yang masih berusia dua tahun itu mengingatkan
Ayahnya. “Ayah, waktunya sholat ya...?” dengan polosnya Ia bertanya pada
sang Ayah yang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah di depan komputer.
“Iya sayang, Ayah mau berwudlu dulu
ya...” jawab sang Ayah dengan tersenyum. “Ayah mau ke mana?” Tanya sang
Anak lagi. “Ayah mau sholat ke masjid” jawab sang Ayah. “Rafi ikut”
jawab sang Anak dengan mengiba. “Sayang, di luar sangat dingin, mas Rafi
di rumah saja ya sama Bunda,” jawab sang Ayah. “Rafi ikut Ayah...”
jawab sang Anak dengan mata yang berkaca-kaca...
Sang Ayah
memandangi anaknya dengan iba, dia berusaha meyakinkan anaknya yang
masih kecil tersebut. Tetapi semakin diyakinkan, si Anak semakin
menangis menjadi, karena memang hanya satu keinginan sang Anak, yaitu
mengikuti Ayahnya sholat ke masjid. Dilihatnya sang Istri sudah tertidur
sangat nyenyak, mungkin karena pekerjaan hari ini yang melelahkan dan
kebetulan memang sedang berhalangan untuk sholat.
“Baiklah, mas
Rafi ikut Ayah ke masjid, tetapi nanti mas Rafi ikut sholat dan tidak
mengganggu yang lain ya...” pesan Ayah tersebut kepada anaknya. Rafi
kecil mengangguk, rupanya janji itu telah mengganti kesedihan yang
menyelimutinya, dengan kebahagiaan yang tak terkira dihatinya nan tulus
itu. Kemudian Sang Ayah menuntun anaknya yang masih kecil untuk berwudlu
dan menggunakan baju Muslim yang kemudian mereka berdua berangkat ke
masjid bersama-sama.
Hawa dingin kota Wollongong menyelimuti
perjalanan mereka. “Mas Rafi kedinginan?” Tanya sang Ayah. Si Rafi kecil
mengangguk. “Sini Ayah gendong biar hangat” kata sang ayah. Kemudian
mereka berdua berjalan memasuki Omar Mosque yang telah ramai dengan
jamaah.
Selagi menanti iqomat berkumandang, Si Rafi kecil tetap
berada di dekapan sang Ayah. Namun tak berapa lama ia tertidur, mungkin
karena lelah ataupun memang sudah malam bagi dia untuk masih terjaga.
Karena sholat Isya di kota Wollongong NSW saat itu tepat berada di pukul
20:40 PM.
Sang Ayah mulai bingung. Ia gelisah, jangan-jangan
si Rafi kecil nanti terbangun dan menangis di saat sholat sedang
berlangsung, “Apakah saya harus terus mengikuti sholat berjamaah, atau
pulang...” tanyanya dalam hati. Masih ditengah kebimbangan itu,
tiba-tiba Syeh Abdurrahman memasuki masjid dan berkata, “Brother, why do
you bring your child here!? He is still too young. Its very cold
outside.” Katanya menasehati. Memang Syekh Abdurrahman sangat ketat
sekali terhadap anak kecil yang bisa mengganggu kekhusyukan sholat.
Berkali-kali beliau mengingatkan untuk tidak membawa anak kecil terutama
anak yang masih sulit untuk diberi pengertian. Sudah banyak jamaah yang
diingatkan karena kejadian anaknya yang mengganggu sholat.
“Syekh, should I go home now?” Tanya sang Ayah. Syeh Abdurrahman
memandangi si Anak yang sudah terlelap tidur dipangkuan Ayahnya dengan
iba. “If you think that he will not crying when we are praying, you can
pray at the corner and take it beside you,” jawab Syeh Abdurrahman yang
tak berapa lama Iqomatpun dikumandangkan oleh Muadzin.
Sang
Ayah masih menggendong Rafi kecil di ruangan masjid bagian belakang. Ia
ragu untuk meneruskan sholat berjamaah, karena malam semakin dingin, Ia
takut anaknya nanti terbangun dan menangis, sehingga akan mengganggu
jamaah yang lain. “Yaa Alloh..., kalau engkau menghendaki aku pulang dan
tidak mengikuti sholat berjamaah, aku akan pulang sekarang, tetapi,
kalau engkau masih mengizinkan aku untuk mengikuti sholat berjamaah
bersama yang lain, hamba mohon, kuatkan anak kami sehingga saya bisa
mengikuti sholat berjamaah dengan tenang...” doanya dalam hati.
“Brother, oh your son is sleeping..., its very cold outside...” kata
Ahmad Fathi Salah yang baru tiba dan tiba-tiba menghampirinya, Ahmad
adalah seorang sahabat, International student yang berasal dari Libya.
“I think Its better for me to pray in my house,” jawab sang Ayah.
“No...!, you can pray together with us,” jawab Ahmad. Ahmad kemudian
melepas jaket kulitnya dan memberikan pada Ayah Rafi. “Use it to warmer
your son.” Jawabnya. “Brother come here, you can pray here,” katanya
kemudian sembari memberikan sebuah tempat untuk sholat dan tempat
berbaring si Anak.
Mulanya ragu-ragu, tetapi Sang Ayah kemudian
membaringkan si Anak tepat di sebelahnya dan kemudian menyelimuti
dengan jaket kulit milik sahabatnya itu. “Yaa Alloh kutitipkan dia
padaMu, jangan bangunkan dia sebelum sholat isya’ ini berakhir,
Aamiin...” doa sang Ayah sebelum memulai sholat.
Sholatpun
kemudian dimulai dan sang anak tetap terlelap dalam tidurnya. Dan...
Alhamdulillah.., hingga rokaat ke empat berakhir, tak ada suara dari si
Rafi kecil, dan begitu salam tanda sholat berakhir, Anak kecil itu
bergerak-gerak, ia membuka matanya dan.. “Ayah, di mana kita...?”
tanyanya dengan polos. “Kita di masjid sayang, tuh sholat barusan
selesai,” kata Ayahnya dengan tersenyum.
Terucap syukur dalam
hati sang ayah, “Terima kasih Yaa Alloh... telah Engkau bukakan
pintu-pintu RahmatMu kepada hamba, Engkau beri hamba kesempatan untuk
menikmati indahnya sholat berjamaah di rumahMu. Alhamdulillah...”
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9] : 18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar